R
U Q Y A H S Y A R’ I Y A H
1. DEFINISI DAN SEJARAH RUQYAH
Ruqyah
menurut bahasa adalah bacaan atau mantra. Sedangkan menurut Syariat Islam,
ruqyah adalah bacaan yang terdiri dari ayat al-Qur’an dan hadist yang shahih
untuk memohon kepada Allah akan kesembuhan orang yang sakit.
Ruqyah
dalam pengertian bahasa sudah ada sejak sebelum diutusnya Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul. Bahkan ada yang mengatakan keberadaan ruqyah seiring dengan
keberadaan manusia itu sendiri. Maka dari itulah dalam sebuah riwayat
disebutkan, Rasulullah menyeleksi ruqyah-ruqyah yang dimiliki para sahabat,
barangkali ada kalimat-kalimat ruqyah mereka yang tidak sesuai dengan Aqidah
Islamiyah. Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata,”Kami pada zaman jahiliyyah pernah
melakukan ruqyah, apa pendapatmu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
“Perdengarkanlah
ruqyah kalian kepadaku, ruqyah itu tidak apa-apa selama tidak bermuatan
syirik..” (HR. Muslim, no 2200).
Dalil keberadaan ruqyah dalam
al-Qur’an adalah firman Allah,
“Dan kami turunkan dari al-Qu’an
suatu yang menjadi kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Isra:82)
Adapun
dalil dari hadist banyak sekali, diantaranya adalah Aisyah radhiallahuanha
bercerita, ketika Rasulullah masuk rumahnya, saat itu dia sedang mengobati atau
meruqyah seorang wanita. Maka beliau bersabda,
“Obatilah
ia dengan Al-Quran. “(HR Ibnu Hibban no 1419)
Rasulullah
pernah meruqyah kedua cucunya, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahumma
bahwa Rasulullah meruqyah Hasan dan Husen dengan do’a,
“Saya
meminta perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna (al-Qur’an) dari (kejahatan) syetan dan binatang berbisa, serta dari
pandangan yang menimpanya (yang mengakibatkan sakit).”(HR.Muslim).
Rasullullah
juga pernah meruqyah salah seorang sahabatnya yang bernama Ustman bin Abil ‘Ash
yang mengeluh sering lupa jumlah rakaat ketika sedang shalat.
2.
MANFAAT RUQYAH
- Untuk menyembuhkan manusia dari gangguan jin dan sihir, penyakit psikis dan fisik
Semua
jenis penyakit bisa diruqyah baik fisik maupun non fisik, medis maupun non
medis, karena hakikatnya yang menyembuhkan segala jenis penyakit hanyalah Allah
(QS. Asy-Syu’ara’: 80). Dalam pengobatan metode ruqyah ini, kita berdo’a kepada
Allah untuk kesembuhan penyakit yang kita rasakan, atau yang dirasakan orang
lain yang kita ruqyah.
Allah
berfirman, “Dan kami turunkan dari al-qur’an suatu yang menjadi kesembuhan
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Isra’:82).
Syekh
Abdur Rahman As-Sa’di berkata, “Al-qur’an mengandung kesembuhan yang sifatnya
umum dan menyeluruh, penyembuh penyakit hati (non fisik) dan penyakit badan
(fisik).” (Taisirul Karimir Rahman,3/128). Walaupun sudah jelas bahwa
jenis penyakit tersebut adalah medis murni, tidak ada salahnya di samping kita
lakukan terapi medis juga kita lakukan terapi ruqyah, karena tidak ada
kontradiksi antara pengobatan medis dengan pengobatan ruqyah.
- Untuk membersihkan suatu tempat dari gangguan jin dan sihir
Ruqyah
juga dapat digunakan untuk mengusir jin dari tempat tinggal kita. Rasulullah
mencontohkan kepada kita pada saat memasuki daerah lain, atau tempat-tempat
yang belum pernah kita datangi, atau menempati rumah yang sudah lama
dikosongkan, atau memasuki rumah baru dengan membaca basmalah, serta berdo’a,
“Ya Allah, sessungguhnya saya mohon kepada-Mu kebaikan waktu masuk dan waktu
keluar, dengan nama Allah kami masuk, dan dengan nama Allah kami keluar dan
kepada Allah kami bertawakal.”(HR.Abu Daud)
Ditambah
dengan do’a:
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan yang
telah diciptakan-Nya.”(HR. Muslim).
Rasulullah
juga memberikan tips kepada ummatnya apabila rumah mereka dijadikan hunian oleh
jin-jin penggangu, agar terbebas dari ganguan mereka, hendaklah dibacakan di
dalamnya surat al-Baqarah dari awal sampai akhir. Beliau bersabda,”Janganlah
menjadikan rumah kalian seperti kuburan, sesunguhnya syetan lari dan kabur dari
rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-baqarah.”(HR. Muslim). Itulah cara
mengusir jin dari dalam rumah yang benar bukan dengan cara mendatangkan dukun
bersorban sekalipun atau memendam sesuatu dan mengantung jimat tertentu.
3.
METODOLOGI RUQYAH SESUAI SYAR’IYAH
Sekarang
ini banyak orang yang menggunakan metode Ruqyah sebagai bagian dari terapi akan
tetapi kita sering dapati perbedaan dalam teknis operasionalnya. Ruqya ada dua
macam,yaitu Ruqya Syar’iyyah (sesuai dengan Syari’at Islam) dan ada juga
Ruqyah Syirkiyyah (ruqya yang mengandung unsur syirik). Kalau
ruqyah Syar’iyyah memohon pertolongan pada Allah dengan cara dan bacaan-bacaan
yang telah dicontohkan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Sedangkan Ruqyah
Syirkiyyah memohon bantuan kepada selain Allah, atau memohon kepada Allah
sekaligus memohon juga kepada yang lainnya, bacaannya pun tidak pernah
diajarkan Rasulullah dan para sahabatnya, walaupun kadang-kadang caranya mirip
dengan Ruqyah Syar’iyyah, atau mengkombinasikan antara Ruqyah yang Syar’iyyah
dan Ruqyah Syirkiyyah, dengan begitu pelaku telah mencampuradukkan yang haq
dengan yang bathil, dan perbuatan seperti itu sangat disukai syetan.
Ciri-ciri
dari ruqyah Syar’iyyah:
1.
Bacannya diambil dari ayat-ayat al-Qur’an atau hadist-hadist
yang shahih.
2.
Dibaca dengan bahasa aslinya dan sesuai dengan kaidah bacaannya
serta urutannya.
3.
Dibaca dengan suara yang keras atau terdengar.
4. Dan tidak diyakini bahwa bacaan ruqyah itu yang
meyembuhkan penyakit, tapi Allah sebagai penyembuhnya. Sebagaimana keyakinan
nabi ibrahim yang diceritakan Allah dalam al-Qur’an, “Dan apabila aku sakit,
dialah (Allah) yang menyembuhkaan aku.” (QS. Asy-syu’ara’:80).
Ruqyah
Syar’iyyah merupakan sarana pengobatan yang
bebas dari unsur syirik. Karena sepenuhnya memohon bantuan dan pertolongan
Allah semata. Apabila penyakitnya disembuhkan Allah, maka kita mendapat 2
keuntungan sekaligus, yaitu kesembuhan dan kedekatan kepada Allah. Tetapi jika
belum sembuh juga, yang kita lakukan tidak akan sia-sia karena Allah menilainya
sebagai ibadah yang berpahala. Dan kesabaran kita dalam menghadapi musibah
tersebut akan melebur dosa-dosa kita, isya Allah.
4.
SYARAT-SYARAT BAGI SEORANG PERUQYAH
Di
antara sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang peruqyah, terutama untuk
ruqyah pengobatan adalah sebagai berikut:
1.
Beraqidah dengan aqidah salafus
shalih, yaitu aqidah yang bersih dan benar.
2.
Merealisasikan tauhid yang murni
(tidak tercampur syirik) dalam ucapan dan perbuatan
3.
Berkeyakinan bahwa ayat-ayat dan
do’a - do’a punya pengaruh pada jin dan syetan dengan izin Allah semata.
4.
Menjauhi hal-hal yang diharamkan,
karena itu merupakan pintu syetan untuk mengganggu dan menyerang manusia.
5.
melaksanakan dan mendukung berbagai
bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-nya, karena itu bagian dari senjata
untuk mengalahkan syetan.
6.
Senantiasa memohon pertolongan dari
Allah dan banyak berdzikir dengan dzikir yang sudah diajarkan dan dicontohkan
oleh Rasulullah, karena itu merupakan benteng yang sangat kokoh untuk
menghadapi serangan syetan.
5.
GEJALA-GEJALA GANGGUAN JIN PADA MANUSIA
Seorang
peruqyah tidak bisa melihat jin, karena dia adalah manusia biasa bukan
termasuk Nabi atau Rasul. Allah memberi penjelasan kepada kita mengenai
hal tersebut dalam firmannya:
“Sesungguhnya ia (syetan) dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka.” (QS. Al-A’raf:27).
Itulah
teks al-Qur’an yang jelas dan tegas menerangkan keterkaitan hubungan manusia
dengan jin. Berkaitan dengan maksud ayat diatas Imam Syafi’i dengan tegas
mengatakan,”Barang siapa yang mengaku dirinya bisa melihat jin (dalam bentuk
aslinya) maka kami tolak kesaksiannya, kecuali kalau dia seorang Nabi.” (Fathul
bari: 6/423). Secara pasti kita tidak bisa mengetahui sosok orang yang terkena
gangguan jin, pembohong besar kalau ada yang bisa mendeteksi dan menunjuk
keberadaan jin dalam tubuh seseorang, kecuali kalau dia bekerja sama dengan jin
lain. Kita bisa mengetahui kalau seseorang terkena gangguan jin dari
gejala-gejala yang dirasakan orang tersebut, dari kejadian-kejadian aneh yang
dialaminya atau kejanggalan-kejanggalan yang dirasakannya. Dan bisa juga
informasi itu kita dapatkan dari kerabat dekatnya, karena kadang-kadang yang
bersangkutan (si penderita) tidak menyadari kejanggalan tersebut, bahkan dia
merasa tubuhnya segar-bugar dan sehat wal ‘afiyat, tidak kurang suatu apapun.
Dari
cerita dan gejala yang tampak, seorang peruqyah bisa menganalisa dengan
seksama, lalu mengambil kesimpulan bahwa dalam diri orang tersebut ada indikasi
gangguan jin atau tidak. Dan bukan memastikan keberadaan jin dalam diri
seseorang , apalagi sampai mengetahui jumlahnya serta orang yang telah
mengirimnya. Karena itu adalah aktifitas yang biasa dilakukan seorang dukun
atau paranormal, bukan seorang peruqyah.
Mayoritas
orang memahami bahwa tanda orang diganggu jin adalah kesurupan. Padahal banyak
sekali gejala-gejala lain yang sudah kita kita buktikan saat melakukan terapi
ruqyah, berdasarkan laporan dan curhat pasien menjelang terapi. Ada dua macam
gejala yang bisa kita tanyakan pada pasien secara langsung. Yaitu gejala di
waktu terjaga (tidak tidur) dan gejala saat tidur.
1.
Gejala waktu terjaga
-
Badan terasa lemah, loyo dan tidak
ada gairah hidup.
-
Berat dan malas untuk beraktifitas,
terutama untuk beribadah kepada Allah.
-
Banyak mengkhayal dan melamun,
senyum dan bicara sendiri.
-
Tiba-tiba menangis atau tertawa
tanpa sebab.
-
Banyak makan tapi tidak
kenyang-kenyang, atau tidak makan tapi fisiknya kuat sekali, walau tanpa
menggunakan dopping atau suplemen energi.
-
Emosional, mudah marah-marah dan
membesar-besarkan masalah.
-
Kesurupan atau tersumbatnya
saraf-saraf.
-
Muncul rasa was-was sewaktu berwudhu
atau shalat.
-
Bisa melihat jin dan sensitif akan
keberadaan jin disekitarnya.
-
Benci melihat orang shaleh (taat
beragama).
-
Menirukan gerakan-gerakan binatang
tanpa disadari.
-
Sering merasa ada getaran, hawa
dingin atau panas, kesemutan, berdebar dan sesak nafas saat membaca al-qur’an.
2.
Gejala waktu tidur
-
Banyak tidur dan ngantuk berat, atau
sulit tidur tanpa sebab.
-
Sering tindihan (tidak bisa bergerak
waktu tidur) dan mengigau dengan kata-kata kotor.
-
Melakukan gerakan-gerakan aneh,
seperti mengunyah dengan keras sampai beradu gigi.
-
Sering mimpi buruk dan seram atau
seakan-akan jatuh dari tempat yang tinggi.
-
Mimpi melihat binatang-binatang
seperti ular, kucing, anjing, singa, serigala yang seakan-akan menyerangnya.
-
Mimpi ditemui jin yang yang mengaku
arwah nenek moyang atau tokoh tertentu.
-
Saat tidur merasa seperti ada yang
mencekik lehernya atau menggelitiknya dan menendangnya.
6.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN RUQYAH
1.
Peruqyah dan pasien melakukan wudhu
terlebih dahulu.
2.
Peruqyah menasehati pasien agar
betul-betul bertaubat kepada Allah dan senantiasa memohon pertolongan darinya.
3.
Peruqyah menanyakan jimat-jimat atau
pusaka-pusaka yang dikeramatkan oleh pasien, kalau ada atau ditemukan
barang-barang tersebut, maka harus segera dimusnahkan dengan dibacakan ayat
kursi atau bacaan ruqyah lainnya terlebih dahulu.
4.
Peruqyah berlindung kepada Allah
dari kejahatan syetan, serta memohon bimbingan-Nya agar tidak terjebak dalam
tipu daya syetan yang licik.
5.
Peruqyah memohon pertolongan kepada
Allah agar diberi kemudahan dalam melakukan terapi ruqyah.
6.
Peruqyah memberi peringatan keras
kepada jin yang mengganggu pasien agar bertaubat kepada Allah serta tunduk dan
patuh kepada syariat-Nya.
7.
Peruqyah membacakan ayat-ayat dan
do’a-do’a ruqyah dengan suara yang keras atau terdengar oleh pasien. Bisa juga
di sela-sela bacaan ruqyah diselingi dengan peringatan-peringatan kepada jin
pengganggu untuk keluar dengan sendirinya karena taat kepada Allah dan
Rasulnya.
8.
Jika sewaktu dibacakan tidak nampak
reaksinya, maka tanyakanlah pada pasien barangkali ada reaksi yang lembut dan
hanya dirasakan oleh pasien. Tapi kalau tampak langsung reaksinya, maka segera
perintahkan jin pengganggu itu agar segera mengakhiri kedzhalimannya dan keluar
dari tubuh pasien.
9.
kalau saat itu proses pengobatan
belum tuntas atau belum membuahkan hasil, maka jangan bosan untuk
mengulanginya, atau suruhlah pasien untuk datang lagi dilain waktu.
10.
Apabila pengobatannya berhasil dan
pasien sembuh dari penyakitnya, maka bersyukurlah kepada Allah dan perbanyaklah
dzikir memuji kebesaran-Nya.
11.
Perintahkanlah pasien yang sudah
sembuh untuk sujud syukur kepada Allah, mensyukuri kesembuhannya dan senantiasa
menjalankan perintah Allah dan Rasulnya. Serta pesankanlah pada pasien yang
belum sembuh untuk bersabar dan senantiasa berdzikir memohon pertolongan
dari Allah.
12.
Peruqyah yang meruqyah lawan jenis
diwajibkan bersama dengan mahromnya serta tidak bersentuhan secara langsung. Sedangkan
jika peruqyahnya adalah perempuan, maka sebaiknya hanya meruqyah pasien
perempuan saja, karena fitnah dan bahayanya lebih besar dan rawan, walaupun
pasien ditemani oleh saudaranya atau temannya yang lain. Kecuali kalau darurat
dikarenakan tidak adanya peruqyah laki-laki dan kondisinya sudah kritis. Karena
idealnya wanita itu hanya meruqyah suaminya atau anak-anaknya serta
saudara-saudaranya sendiri, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh ‘Aisyah saat
meruqyah Rasulullah. (Lihat HR. Bukhari, no: 5016 dan Muslim, no: 2192).
13.
Anak kecil belum bisa meruqyah
dirinya sendiri, maka orang tuanya atau orang yang mempunyai tanggung jawab
atasnya harus proaktif untuk meruqyahnya, baik itu ruqyah penjagaan atau ruqyah
pengobatan. Untuk ruqyah penjagaan ikutilah apa yang pernah dilakukan
Rasulullah terhadap kedua cucunya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas radiaullahuanhuma menceritakan bahwa Rasulullah meruqyah Hasan dan Husen
dengan do’a: “Saya minta perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna (al-Qur’an) dari (kejahatan) syetan dan binatang berbisa,
serta dari pandangan yang menimpanya (yang mengakibatkan sakit).” (HR.
Bukhari).
Sebagai
catatan: Kalau yang diruqyah satu atau dua orang, maka peruqyah bisa meletakkan
telapak tangannya di kepala pasien (yang sejenis) atau di dadanya sewaktu
membaca bacaan ruqyah. Serta lebih baik lagi kalau urutan bacaannya disesuaikan
dengan urutan surat dan ayat seperti yang tertulis di dalam al-Qur’an.
Bagi
yang berlainan jenis, cukuplah baginya untuk membaca do’a ruqyah, lalu
ditiupkan ke pasien. Atau dibacakan di air lalu diminumnya atau dipakai mandi.
Pakailah sarung tangan agar tidak bersentuhan langsung saat kondisi darurat,
yang mengharuskan peruqyah memegang tubuh pasien.
7.
TANDA-TANDA ADANYA GANGGUAN JIN KETIKA MERUQYAH
Tanda-tandanya
terbagi atas:
1.
Tanda yang
kasar:
mengamuk, menyerang, meraung-raung, kejang-kejang, menangis, tersenyum dan
tertawa, menjerit-jerit, memaki-maki, anggota tubuhnya bergerak-gerak terutama
tangan dan kakinya, nafasnya tersengal-sengal, mual dan muntah, atau takut dan
benci melihat peruqyah dan berusaha untuk lari. Reaksi jenis ini bisa diketahui
langsung oleh peruqyah atau orang-orang sekitarnya yang menyaksikan.Apabila
pasien mengamuk janganlah panik atau terbawa emosi, tetaplah tenang dan meminta
pertolongan Allah dengan memperbanyak bacaan “Hasbunallahu wani’mal wakil”.
Kalau diperlukan pukulan, pukullah punggungnya atau ulu hatinya dengan pukulan
standar serta pangkal lengannya, dan tetap berhati-hati supaya tidak berakibat
fatal, dan waspadalah terhadap serangan balik. Untuk lebih amannya dalam menangani
kasus seperti ini, terutama bagi peruqyah pemula, saya sarankan untuk
berkonsultasi langsung kepada pakarnya atau anda didampingi langsung oleh yang
sudah berpengalaman, sehingga bisa dipandu untuk mencari solusi yang tepat.
Bacakan juga ayat 13 dari surat Al-An’am dengan berulang-ulang bila pasien
terus bereaksi. Semoga pertolongan Allah selalu menyertai kita untuk
mengalahkan musuh-musuh-Nya.
2.
Tanda
yang lembut:
·
Pasien merasa ada sesuatu yang
bergerak dalam tubuhnya lalu secara cepat atau lambat bergerak keluar.
·
Pasien merasakan hawa panas yang
perlahan-lahan keluar dari jasadnya.
·
Pasien merasa ada sinar atau
bayangan yang melesat meninggalkan tubuhnya, tapi ini jarang sekali terjadi.
·
Pasien merasa tubuhnya enteng dan
lebih segar, seakan dia baru terlepas dari ikatan yang menjeratnya.
·
kesemutan, kedutan (bergerak-gerak)
matanya, telinganya berdengung,
·
melihat sesuatu yang menakutkan,
·
tiba-tiba
merasa sedih, resah, ketakutan,
·
berat
dan pusing kepalanya, merasa seakan ada yang menindihnya, merasa berat di
bagian anggota tubuh tertentu dan terserang kantuk berat.
Reaksi
jenis ini hanya diketahui dan dirasakan oleh pasien, maka peruqyah harus
proaktif menggali informasi tersebut dari pasien.
Tidak
ada reaksi saat dibacakan bukan berarti tidak ada gangguan. Berilah penjelasan
yang cukup kepada si pasien, barangkali dia tidak memahami akan tanda-tanda
reaksi terutama yang sifatnya lembut. Sehingga dia bisa menginformasikan apa
yang dirasakannya, agar kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan. Apakah
penyakit yang diderita pasien, jenisnya gangguan medis murni dan kelainan saraf
motoriknya, atau penyakit yang berjenis gangguan jin. Bisa jadi yang
dideritanya merupakan gabungan dari gangguan medis dan non medis. Perlu
diketahui, terkadang ada juga reaksi yang terlambat dan tidak spontan, setelah
beberapa jam diruqyah baru muncul reaksi tersebut, baik reaksi yang sifatnya
frontal atau yang lembut. Walaupun peristiwa seperti ini jarang kita jumpai di
lapangan.
Semua
yang tersebut di atas hanya merupakan indikasi yang tidak bisa kita pastikan,
karena kita tidak bisa melihat eksistensi mereka. Dan karakter jin pada umumnya
adalah pembohong dan penipu. Maka tanyakan lagi kepada pasien, apakah masih ada
rasa sakit yang dikeluhkan. Dan tidak ada salahnya kalau ruqyah kita ulangi
lagi, untuk memastikan apakah masih ada reaksi, yang frontal atau pun yang
lembut.
Tetapi
kita bisa melihat orang yang sudah bebas dari gangguan jin dengan melihat
perkembangan penyakit yang muncul ketika diganggu jin. Bila gangguannya berupa
gangguan fisik, maka kita dapati fisiknya kembali normal seperti semula. Atau
penyakit fisik yang dirasakan hilang dan sirna. Namun bila gangguannya itu
psikis, maka kita dapati keadaannya akan pulih seperti sediakala. Yang tadinya
takut, resah, was-was akan kembali tenang. Atau yang mulanya malas beribadah
berubah menjadi giat dan rajin. Untuk lebih meyakinkan lagi, sebaiknya diruqyah
ulang dua atau tiga kali lagi, kalau tidak dijumpai lagi reaksi yang kasar
maupun yang lembut, atau sudah tidak dirasakan gangguan semula, berarti
gangguannya sudah hilang insya Allah, maka bersyukurlah kepada Allah atas
pertolongan dan karunia-Nya.
Terapi
ruqyah ini tidak dapat dilakukan hanya sekali dua kali saja. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain : jin yang keluar dapat masuk lagi ketika
mental pasien masih lemah, jinnya sudah keluar tetapi masih ada temannya yang
lain masih berada di dalam tubu pasien. Untuk itu maka ruqyah harus dilakukan
berulang-ulang baik dengan bantuan peruqyah atau meruqyah diri sendiri.
Kalaupun
jin tersebut betul-betul sudah keluar, peruqyah tidak bisa memberikan garansi
kepada pasien bahwa jin tadi tidak akan balik lagi. Karena permusuhan syetan
dengan manusia adalah permusuhan abadi, bisa saja dia keluar masuk. Kalau
pasien sendiri malas untuk membentengi dirinya dari gangguan syetan pasca
terapi ruqyah, maka tidak mustahil syetan itu akan kembali lagi atau syetan
lainnya yang memanfaatkan kelengahannya. Dan satu hal yang penting
diketahui oleh peruqyah atau pasien, yaitu apa yang kita usahakan hanya sebatas
usaha yang diserukan oleh agama, adapun hasilnya, sukses atau gagal itu adalah
otoritas Allah sebagai Dzat pengabul do’a dan permohonan. Sedangkan kita
sebagai hamba jangan berputus asa atau patah arang untuk selalu mengulang dan
mengulang dalam berusaha dan berdo’a.
Kita
dapat mengenali keluarnya jin dari tubuh pasien dari tanda-tanda:
- Pasien tubuhnya meregang yang biasanya disertai dengan desisan atau semburan-semburan nafas lalu mengendorlah urat-urat nadinya, akhirnya lemas. Sering juga dibarengi dengan keluarnya keringat dingin yang membasahi tubuh pasien.
- Kalau kita bisa mengajak dialog jin yang didalam tubuh pasien, dan mau kita ajak untuk bertaubat (kembali ke Islam), maka pada proses keluarnya akan terjadi erangan-erangan yang diikuti ucapan salam, lalu organ-organ tubuhnya mengendor dan lemas.
- Kalau gangguan awalnya berakibat ke perubahan fisik pasien, seperti perutnya menggelembung atau kaki dan tangannya membengkak, maka akan kita dapatkan mengempes, walaupun biasanya tidak spontan.
- Tidak jarang juga kita jumpai pasien yang muntah-muntah saat jin mau keluar dari tubuhnya, setelah itu dia merasa lega dan plong.
- Kadang-kadang jin keluar bersamaan dengan hembusan nafas si pasien, atau saat dia buang angin dan buang air, baik kecil atau besar.
8.
TERAPI LANJUTAN YANG HARUS DILAKUKAN SESUDAH DIRUQYAH
Pertama
kali yang harus dilakukan oleh pasien pasca ruqyah, apabila sakitnya sudah
sembuh maka bersyukurlah kepada Allah. Jangan sombong serta takabbur, tetaplah
membentengi diri dengan bacaan yang sudah diajarkan Rasulullah. Dan jangan lupa
ucapkan terima kasih kepada peruqyah, berilah penghargaan atau hadiah yang
pantas kepadanya, baik berupa uang atau barang berharga lainnya. Karena hal ini
dicontohkan dalam kisah sahabat yang mendapatkan hadiah kambing setelah
meruqyah. Peruqyah telah meluangkan waktunya, meninggalkan tugas lainnya serta
mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk memnbantu Anda, maka sudah sewajarnya
kita hargai jasanya. Dan jangan lupa untuk mendo’akannya semoga Allah
senantiasa melindunginya serta membalas kebaikannya.
Akan
tetapi kalau sakitnya belum sembuh, maka harus tetap bersabar dan tidak bosan
untuk melakukan terapi ulang. Jangan putus asa dalam mengharap kesembuhan dan
pertolongan dari Allah, dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Semoga peruqyah juga diberi kekuatan oleh Allah untuk
membantu proses kesembuhan.
Langkah
berikutnya adalah meruqyah diri sendiri. Ini merupakan benteng untuk
menghindari gangguan dari jin sesudahnya. Rasullullah telah mencontohkan kepada
kita bagaimana meruqyah diri sendiri (mandiri), baik untuk penjagaan atau
pengobatan. Contoh ruqyah untuk penjagaan adalah hadits dari Aisyah, “Bahwa
Rasulullah apabila merebahkan tubuhnya di pembaringan, beliau meniup kedua
telapak tangannya dengan membaca surat al-Ikhlas, surat al-Falaq dan an-Nas.
Lalu beliau mengusapkan ke wajahnya kemudian ke seluruh bagian tubuhnya yang
bisa dijangkau.” (HR. Bukhari).
Sedangkan
contoh ruqyah untuk pengobatan adalah hadits dari Utsman bin Abil ‘Ash, saat
dia mengadukan gangguan yang dirasakan. Lalu Rasulullah bersabda: “Letakkanlah
tanganmu pada anggota tubuh yang sakit, dan bacalah bismillah tiga kali, lalu
berdo’alah:
“Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya
dari kejahatan yang aku jumpai dan yang aku waspadai.” (HR. Muslim).
Salah
satu tindakan yang baik adalah mengamalkan Al Matsurat pada pagi dan sore hari
sebagai amalan harian dan tindakan meruqyah diri sendiri.
9.
BACAAN RUQYAH
A.
BACAAN DARI AL-QURAN
Pada
intinya seluruh isi Al-Qur’an dapat dipakai untuk meruqyah. Adapun ayat-ayat
Al-Qur’an yang pernah digunakan rasulullah SAW dalam meruqyah adalah sebagai
berikut:
1.
Al-Fatihah, ayat 1-7
2.
Al-Baqarah, ayat 1-5
3.
Al-Baqarah, ayat 163-164
4.
Al-Baqarah, ayat 225-257
5.
Al-Baqarah, ayat 284-286
6.
Al-A’raf, ayat 117-112
7.
Yunus, ayat 81-82
8.
Al-Mu’minun, ayat 115-118
9.
Ash-Shaffat, ayat 1-10
10.
Al-Ahqaf, ayat 29-32
11.
Ar-Rahman, ayat 33-36
12.
Al-Hasyr, ayat 21-24
13.
Al-Jinn, ayat 1-9
14.
Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Nas
Selain
ayat-ayat diatas, ada ayat-ayat yang sangat sering digunakan dalam ruqyah yang
juga merupakan sunnah dari Rasulullah SAW:
- Surat-surat untuk meruqyah yang dibaca lengkap dari awal surat sampai akhir adalah sebagai berikut: surat al-Fatihah (HR. Bukhari dan muslim, no: 2276 dan 2201) surat al-Baqarah lengkap dari awaal surat sampai akhir (HR. Muslim, no:252,780,804). Surat ar-Rahman (HR. Tirmidzi, no:3522). Surat al-Mulk. (HR. Tirmidzi, no:3066). Surat al-Kafirun (HR. Thabrani, no:117). Surat al-Ikhlash (HR. Bukhari, no:5017). Dua surat perlindungan, yaitu surat al-falaq dan surat an-Nas (HR. Bukhari, no 5016 dan muslim, no: 2192).
- Ayat-ayat untuk meruqyah, diantaranya adalah: ayat kursi (HR. Bukhari, no: 2311). Al-Baqarah ayat 183 (HR. Au Daud, no: 1496). Dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah (HR.Bukhari, no:4008, dan Muslim, no:808). Surat Ali Imran (HR.Tirmidzi, no:3723).
- Ayat-ayat yang direkomendasikan para ulama’ untuk meruqyah adalah: ayat 102 dari surat al-Baqarah (tafsir Ibnu Katsir, 1/141). Ayat 79-82 dari surat unus dan ayat 117-112 dari surat al-A’raf dan ayat 65-69 dari surat thaha (tafsir Ibnu Katsir, 2/448), dan lihat Majmu’atul Fatawa Syekh Abdul ‘Aziz bin Abdulabdullah bin Baz: 3/279-280). Ayat 115 dari surat al-Mukminun (At-Thibbun Nabawi:68). Kalau reaksinya keras, Ibnu Taimiyyah kita untuk membacakan ayat-ayat ‘ketenangan’, seperti ayat 248 dari surat al-Baqarah, ayat 26 dan 40 dari surat at-Taubah, ayat 4, 18, dan 26 dari surat al-Fath (Madarijus Salikin, 2/532-525). Ayat 3-4 dari surat al-Mulk (At-Thibbun Nabawi:174). Ayat 51-52 dari surat al-Qalam (Tafsir Ibnu Katsir, 4/409).
B.
BACAAN DARI AL-HADIST
- “Aku Berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan dan binatang berbisa, serta dari mata yang jahat”.Al-Bukhari dalam Al-Fath (VI/408)
- “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan mahluk-Nya”. Muslim (IV/1728).
- “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan dan siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan syetan dan dari kedatangan mereka kepadaku”.Abu dawud dan at-Tirmidzi. Lihat shahih at-Tirmidzi (II/171)
- “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak dapat ditembus oleh orang baik maupun orang jahat, dari kejahatan apa yang telah Dia ciptakan, dan jadikan. Serta dari kejahatan yang turun dari langit, dan dari kejahatan yang naik ke langit, dan dari kejahatan yang tenggelam ke bumi, dan dari kejahatan yang keluar dari bumi, dari kejahatan fitnah malam dan siang , dan dari kejahatan setiap yang datang (di waktu malam) kecuali yang datang dengan tujuan baik, wahai Dzat yang Maha Penyayang.”Musnad Ahmad (III/419), dengan sanad shahih. Ibnu Sunni (no.637). lihat Majma az-Zawaid (X/127).
- “Ya Allah, Rabb langit yang ke tujuh, dan rab arsy yang agung, rabb kami dan rabb segala sesuatu, pembelah biji dan benih, yang menurunkan taurat, injil, dan al-furqon (al-Qur’an), aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu,engkau yang memegang ubun-ubunnya.Ya Allah, Engkaulah yang paling pertama, sehingga tidak ada sesuatu apa pun sebelum diri-Mu, Engkaulah yang paling akhir, sehingga tidak ada sesuatupun setelah-Mu, dan Engkaulah yang dzahir sehingga tidak ada sesuatu yang mengungguli-Mu, dan Engkaulah yang batin, sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Mu. Lunasilah hutang kami dan cukupilah kami dari kefaqiran.”Muslim (IV/2084).
- “Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki. Mudah-mudahan Allah menyembuh-kanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku mengobatimu dengan meruqyahmu.”Muslim(IV/1718)
- “Dengan menyebut nama Allah, mudah-mudahan Dia membebaskan dirimu,dari segala penyakit, mudah-mudahan Dia menyembuhkanmu, melindungimu dari kejahatan orang dengki jika diamendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai mata jahat.”Muslim (IV/1718)
- “Dengan menyebut nama Allah; aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dari kedengkian orang yang dengki dan dari setiap yang mempunyai mata jahat. Mudah-mudahan Allah menyembuhkanmu.” Sunan Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit (II/268).
- “Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu”.(HR. Muslim)
11.
MENERIMA IMBALAN BAGI PERUQYAH
Para
imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan ahmad) beserta
ulama’-ulama’ lainnya sepakat dalam membolehkan menerima imbalan hasil
ruqyah.(lihat Fathul Bari,4/457). Dail mereka adalah hadist yang diriwayatkan
Abu Sa’id Al-Khudri, dalam hadist ini dijelaskan bahwa rasulullah minta bagian
dari imbalan ruqyah yang diterima yang diterima dari salah seorang
peruqyah.(lihat hadist riwayat Bukhari da Muslim, no:2276dan no:2201
Begitu
juga pada riwayat yang lain Rasulullah bersabda,”Imbalan yang paling berhak
kamu terima adalah imbalan dari (pengajaran) al-Qur’an.”(HR. Bukhari,
no:5737)
Rasulullah
juga pernah berkata pada paman Kharijah bin Ash-Shalt at-Tamimi yang telah
sukses meruqyah orang gila, lalu diberi imbalan 100 ekor kambing,”Ambillah
imbalan itu! Demi Allah ada orang yang makan hasil ruqyah yang bathil,
sedangkan kamu sekarang makan dari imbalan ruqyah yang haq (benar).”(HR.Abu
Daud, no: 3420 dan dishahihkan al-Albani).
12.
BOLEHKAH KITA MINTA RUQYAH UNTUK
DIRI KITA ATAU KELUARGA KITA, ATAU ORANG LAIN?
Boleh minta ruqyah berdasarkan perintah Rasulullah SAW:
- Rasulullah SAW memerintah istri beliau ‘Aisyah RA untuk minta ruqyah karena pengaruh ‘ain (pandangan mata orang yang hasad):
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ
الْعَيْنِ .
Dari ‘Aisyah RA berkata: “Aku pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar aku minta ruqyah dari ‘ain. (HR. Muslim)
Dari ‘Aisyah RA berkata: “Aku pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar aku minta ruqyah dari ‘ain. (HR. Muslim)
- Rasulullah SAW memerintah istri beliau Ummu Salamah RA:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِجَارِيَةٍ فِي بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَأَى بِوَجْهِهَا سَفْعَةً فَقَالَ بِهَا نَظْرَةٌ فَاسْتَرْقُوا لَهَا
يَعْنِي بِوَجْهِهَا صُفْرَةً.
Rasulullah SAW bersabda kepada seorang budak wanita di rumah Ummu Salamah istri Nabi SAW, beliau melihat di wajahnya belang. Beliau bersabda: “Pada wajahnya pengaruh pandangan. Maka mintakanlah ruqyah untuk dia.” Yaitu di wajahnya belang kekuningan. (HR. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda kepada seorang budak wanita di rumah Ummu Salamah istri Nabi SAW, beliau melihat di wajahnya belang. Beliau bersabda: “Pada wajahnya pengaruh pandangan. Maka mintakanlah ruqyah untuk dia.” Yaitu di wajahnya belang kekuningan. (HR. Muslim)
- Rasulullah SAW memerintah shahabat beliau:
عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي فَقَالَ مَا
لِصَبِيِّكُمْ هَذَا يَبْكِي فَهَلا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ. رواه
أحمد
Dari ‘Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW masuk, maka beliau mendengar suara anak kecil menangis, beliau berkata: “Kenapa anak kecil kalian ini menangis? Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah untuknya dari ‘ain. (HR. Ahmad)
Dari ‘Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW masuk, maka beliau mendengar suara anak kecil menangis, beliau berkata: “Kenapa anak kecil kalian ini menangis? Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah untuknya dari ‘ain. (HR. Ahmad)
- Rasulullah SAW memerintah shahabat beliau:
عن عُرْوَةَ بْن الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ صَبِيٌّ يَبْكِي فَذَكَرُوا لَهُ
أَنَّ بِهِ الْعَيْنَ قَالَ عُرْوَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلا تَسْتَرْقُونَ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ.
Dari ‘Urwah bin Az-Zubair RA ayahnya menyampaikan bahwa Rasulullah SAW masuk rumah Ummu Salamah istri Nabi SAW, di rumah ada seorang anak kecil menangis, maka mereka menyebutkan bahwa ank itu terkena ‘ain. ‘urwah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah untuk dia dari ‘ain?” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
Dari ‘Urwah bin Az-Zubair RA ayahnya menyampaikan bahwa Rasulullah SAW masuk rumah Ummu Salamah istri Nabi SAW, di rumah ada seorang anak kecil menangis, maka mereka menyebutkan bahwa ank itu terkena ‘ain. ‘urwah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah untuk dia dari ‘ain?” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
OLEH-OLEH
PENGAJIAN BAKDA MAGHRIB DI MASJID NABAWI MADINAH
Dari ustd fadhlan abu yasir Lc
Pada pertengahan Januari 2006 Syekh Shalah 'Abud Rektor Universitas Islam Madinah menyampaikan jawaban pertanyaan seorang yang hadir: Bolehkah kita minta ruqyah, karena ada hadits Al-Bukhari nomer 5270 menyebutkan bahwa 70.000 ummat Nabi Muhammad SAW yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, Nabi menjelaskan sifat mereka:
هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ وَلا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ .
“Mereka itulah orang-orang yang tidak minta ruqyah dan tidak tathayyur dan tidak melakukan kay dan kepada Rabb mereka berserah diri.”
هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ أي لاَ يَعْتَمِدُوْنَ عَلَى رُقْيَةِ الْغَيْرِ.........
“Mereka itulah orang-orang yang tidak minta ruqyah maksudnya: “mereka tidak menyandarkan diri kepada ruqyah orang lain atau menggantungkan penjagaan diri kepada ruqyah orang lain, bukan sekedar minta ruqyah untuk terapi gangguan jin atau sihir atau ‘ain. Cukup jelas para ulama besar kita membolehkan minta ruqyah berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Bergantung kepada peruqyah akan mengurangi tawakkal kepada Allah, sebagaimana tathayyur (menghubungkan antara burung dengan nasib seseorang) merusak tawakkal, begitu pula tidak berobat dengan kay (besi panas) untuk luka berat karena mematikan beberapa saraf, hukumnya makruh bagi yang bukan dokter ahlinya. Dan mereka bertawakkal kepada Allah.
Subhanallah, penjelasan itu lebih memantapkan hati saya untuk mengamalkan ilmu ruqyah yang selama ini saya pelajari dari para masyayikh (ulama). Maka setelah itu saya menggencarkan ruqyah mandiri dan puluhan ribu buku ruqyah telah tersebar. Kemudian di klinik BRH Centre ada program pelatihan ruqyah mandiri bagi pasien yang merasakan gangguan berat. Sebenarnya bukan gangguan jin yang berat, akan tetapi ketahanan iman yang lemah. Mata berat dibuka dan pedih kena debu, bukan debu yang berat, tetapi mata adalah organ yang lemah. Kalau hidung terkena debu bisa bangkis membuang debu itu. Allahu Akbar walillahil hamdu.
Pada pertengahan Januari 2006 Syekh Shalah 'Abud Rektor Universitas Islam Madinah menyampaikan jawaban pertanyaan seorang yang hadir: Bolehkah kita minta ruqyah, karena ada hadits Al-Bukhari nomer 5270 menyebutkan bahwa 70.000 ummat Nabi Muhammad SAW yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, Nabi menjelaskan sifat mereka:
هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ وَلا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ .
“Mereka itulah orang-orang yang tidak minta ruqyah dan tidak tathayyur dan tidak melakukan kay dan kepada Rabb mereka berserah diri.”
هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ أي لاَ يَعْتَمِدُوْنَ عَلَى رُقْيَةِ الْغَيْرِ.........
“Mereka itulah orang-orang yang tidak minta ruqyah maksudnya: “mereka tidak menyandarkan diri kepada ruqyah orang lain atau menggantungkan penjagaan diri kepada ruqyah orang lain, bukan sekedar minta ruqyah untuk terapi gangguan jin atau sihir atau ‘ain. Cukup jelas para ulama besar kita membolehkan minta ruqyah berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Bergantung kepada peruqyah akan mengurangi tawakkal kepada Allah, sebagaimana tathayyur (menghubungkan antara burung dengan nasib seseorang) merusak tawakkal, begitu pula tidak berobat dengan kay (besi panas) untuk luka berat karena mematikan beberapa saraf, hukumnya makruh bagi yang bukan dokter ahlinya. Dan mereka bertawakkal kepada Allah.
Subhanallah, penjelasan itu lebih memantapkan hati saya untuk mengamalkan ilmu ruqyah yang selama ini saya pelajari dari para masyayikh (ulama). Maka setelah itu saya menggencarkan ruqyah mandiri dan puluhan ribu buku ruqyah telah tersebar. Kemudian di klinik BRH Centre ada program pelatihan ruqyah mandiri bagi pasien yang merasakan gangguan berat. Sebenarnya bukan gangguan jin yang berat, akan tetapi ketahanan iman yang lemah. Mata berat dibuka dan pedih kena debu, bukan debu yang berat, tetapi mata adalah organ yang lemah. Kalau hidung terkena debu bisa bangkis membuang debu itu. Allahu Akbar walillahil hamdu.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
AL-Qur’an dan terjemahnya
2.
Tafsir Ibnu Katsir oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir ad-Dimasyqi
3.
Taisirul Karimil Rahman Fi Tafsiri
Kalamil Mannan oleh Syekh Abdur Rahman bin Nashir
as-sa’adi
4.
Shahihul Imam al-Bukhari oleh abu Abdilah bin Isma’il al-Bukhari
5.
Shahihul Muslim oleh Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi
6.
Shahih Sunan Abi Daud oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani
7.
Sahih Sunan Ibnu Majah oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani
8.
Shahih Sunan at-Tirmidzi oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani
9.
Al-Musnad oleh Imam Ahmad bin Hanbal
10.
Fathul Bari Bisyarhi Shahihil
Bukhari oleh Ibnu hajar al-‘Asqalani
11.
Ahaditsul ‘Arba’in an-Nawawiyyah oleh Syekh Imam an-Nawawi
12.
hishnul Muslim Min Adzkaril Kitab
Was Sunnah oleh Sa’id bin Ali al-Qahtani
13.
Nahwa Mausu’atin Syar’iyyatin
Fi’Ilmir Ruqo oleh Abul Barra’ Usamah bin Yasin
al-Ma’ani
14.
Ahkamur Ruqo Wat Tamaim oleh DR. Fahd bin Dhuwayyan
15.
Ighatsatul Lahfan oleh Ibnu Qayyim al –Jauziah
16.
At-Thibbun Nabawi oleh Ibnu Qayyim al –Jauziah
17.
Majmu’atul fatawa oleh syekh Abdul ‘Aziz bin Abdilah bin Baz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar